Friday, April 24, 2015

Pendidikan: Keselamatan atau Ancaman?

Bayangkan kita bermain peran sebagai salah satu karakter di serial The Walking Dead. Serial televisi yang sangat mendunia menceritakan tentang bagaimana kaum manusia yang tersisa bertahan hidup habis-habisan dari wabah serangan zombie. Berbagai macam senjata digunakan mereka untuk membunuh zombie. Mulai dari hand gun, shot gun, panah, pedang, tongkat baseball, batu bata. bahkan kepalan tanganpun dapat menjadi senjata terakhir ketika terdesak. Setiap senjata tentunya mempunyai tingkat efektivitas dan efesiensi yang berbeda-beda. Senjata mana yang akan Anda pilih?

Ketika berbicara tentang mengubah dunia, kita butuh sebuah senjata. Untuk apa? Karena dunia ini sedang berperang melawan kehancuran. Saya percaya, sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, natur manusia sebagai penakluk bumi menjadi berdosa juga. Jadi sebenarnya, manusia sedang memperjuangkan kelangsungan bumi ini dari keberdosaan manusia itu sendiri. Bumi yang saya maksudkan di sini tidak hanya mengenai fisik bumi saja, tetapi juga melibatkatkan apa yang sedang "berjalan" di atas bumi (contoh: fenomena kemanusiaan, teknologi, budaya, moral, politik, ekonomi, hukum, dll). Dan ketika ada manusia yang cukup peduli untuk mempertahankan dan memperbaiki dunia ini dari kehancuran, maka ia akan mengambil senjatanya, pergi mengambil bagian dalam peperangan ini.

Sebagian orang memilih politik sebagai senjatanya untuk memperbaiki dunia lewat pembuatan kebijakan. Juga tidak sedikit orang memilih bisnis sebagai senjata membangun ekonomi dunia. Ada juga yang menggunakan hukum sebagai senjata menciptakan keadilan dan keharmonisan sosial. Dan tentunya masih banyak lagi senjata-senjata yang bisa kita gunakan dalam mengambil bagian untuk mengubah dunia. Sedangkan saya sendiri memilih pendidikan.

Saya sangat setuju dengan perkataan Nelson Mandela: "Education is the most powerful weapon which you can choose to change the world." Kata "change" saya intepretasikan mempunyai 2 kemungkinan, yaitu perubahan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ya, pendidikan dengan kekuatannya dalam mempengaruhi kaum manusia, dapat membuat dunia ini menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Maka itu orang-orang yang terlibat dalam bidang pendidikan haruslah berhati-hati dalam mendidik.

Kita tahu bahwa pemerataan distribusi pendidikan di dunia ini masih jauh dari standard, terutama di negara-negara berkembang dan negara-negara ketiga. Bukan berarti hal ini mengharuskan kita membangun institusi pendidikan sebanyak-banyaknya semata. Kuantitas memang penting, tetapi kualitas sangat perlu dipastikan agar institusi pendidikan yang dibangun menghasilkan penerus bangsa sejati, bukan penghancur bangsa. Persis seperti pisau dapur yang dapat digunakan untuk memotong sayur dan di saat yang sama, dapat digunakan untuk membunuh orang.

Dalam jaman post-modern ini, manusia cenderung percaya bahwa tidak ada kebenaran mutlak. Semua nilai dan persepektif tentang kehidupan dapat diperdebatkan sehingga tidak ada acuan garis kebenaran yang membatasi. Orang yang masih percaya akan kebenaran mutlak sering dianggap konservatif, kaku dan tidak open-mined. Itulah trend yang terjadi pada institusi pendidikan masa kini, yaitu: metode pemikiran liberal.

Saya pribadi setuju bahwa kita perlu mengajarkan anak didik kita untuk berpikiran terbuka dan kritis. Dengan pemikiran seperti itu, kita dapat menyerap lebih banyak pengetahuan. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang kita miliki, maka semakin besar pula kesempatan kita untuk bisa berinovasi. Hanya saja, kita sangat perlu memasang sebuah sistem filter di dalam diri para anak didik. Sistem ini berupa wisdom. Wisdom yang seperti apa? Tentunya wisdom yang berasal dari Tuhan (mutlak), bukan wisdom yang berasal dari dunia (relatif). Kita jelas perlu melibatkan Tuhan dalam dunia pendidikan.

Tuhan sering ditarik keluar dari persamaan kehidupan. Ketika kita menarik Tuhan dari persamaan kehidupan, maka apapun yang kita lakukan adalah sia-sia (dan sering kali menjadi bencana). Selain itu, banyak orang berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan Tuhan adalah dua hal yang berbeda. Ilmu pengetahuan dan Tuhan seringkali dipisahkan bagaikan air dan minyak. Padahal sesungguhnya ilmu pengetahuan yang sejati adalah yang datangnya dari Tuhan. Seorang Albert Einstein pun berpendapat bahwa, "Ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu lumpuh.". Jadi jelas, apabila institusi pendidikan memisahkan Tuhan dengan ilmu pengetahuan, itu akan menjadi senjata yang mengancam, bukan menyelamatkan.




Proverbs 1:7
"The fear of the LORD is the beginning of knowledge; fools despise wisdom and instruction."




No comments:

Post a Comment