Pernah ga, merasa ga suka sama sebagian jati diri kalian? Well, gw pernah, dan sedang, tidak menyukai sebagian jati diri gw in a good way perhaps. Maksudnya? Ya gw ga suka aja sama hal-hal negative yg nempel sama diri gw dan mencoba dengan keras merubahnya menjadi suatu hal yg baik.
Hal negative seperti apa? Well, let me explain.
Setiap orang yg lahir dari tahun 1980an sampai 2000an itu merupakan bagian dari generasi Y. Gw tergolong dari bagian generasi Y karena gw lahir tahun 1991. Dengan demikian, secara kolektif, gw menyandang status sebagai generasi Y yang akhirnya menempel sebagai identitas diri. Dan secara stereotype generasi Y ini punya kebobrokan yg unik dibanding generasi X, which is generasi angkatan bonyok gw (1950an-1970an).
Kalau kalian perhatiin, kebanyakan dari generasi Y itu manja. Ya, manja. Sedikit dari mereka yang mau keluar dari zona nyaman. Karena udah dari kecil disediain kendaraan pribadi, begitu pada saat-saat tertentu harus naik kendaraan umum, ngeluh. Berapa orang dari generasi Y yang bisa masak sendiri kalo ditinggal sama orang tua nya? (I'm not talking about masak indomie, but proper daily meals). Extreme example, I know a few people from Y generation yang karena udah terbiasa mandi air hangat dari orok, begitu udah gede jadi teenagers, mereka sampai sekarang ga akan mau mandi kalau ga ada air hangat. Can you believe that?
Masalah money management generasi Y juga sucks. Uang jajan yg lebih dari cukup selalu ada dari kecil. Dari jaman SD mereka udah tau uang 100 ribuan. Kalau spend money, mereka cenderung ga mikir. Yang penting they get what they want, not what they need. Beli baju harus yg branded biar bergengsi. Pilih tempat makan harus yg high class biar bergengsi. Sebagian dari mereka bahkan punya kesulitan dalam menabung. Mereka cuma tau spending money, kalau saving money clueless. Mereka secara financial sangat bergantung ke orang tua. Mereka punya mental "selama orang tua gw bisa support gw secara financial, kenapa gw harus punya part time job? yg penting gw studi ga DO aja itu udah cukup."
Urgency buat menentukan tujuan hidup juga minim di kalangan generasi Y ini. Asalkan bisa hidup hari ini, it's great already. Mereka ga mau ambil pusing dengan urusan masa depan. Karena dengan orang tua yg punya 3 perusahaan, mereka berpikir masa depan udah ada di tangan. "Santai-santai dulu aja, mumpung masih muda!", "Just go with the flow!" Yeah, it's what they say. Padahal, the fact is, without planning, you're planning to fail.
Maka dari itu, gw memberi nama sebutan buat generasi Y sebagai "Taking-things-for-granted Generation". Well, perlu gw tekankan sekali lagi kalau hal-hal negative di atas ga terdapat di semua generasi Y. Banyak juga kok anak-anak generasi Y yg punya karakter 180 derajat berbeda dari contoh yg udah disebutin di atas. Tapi ga bisa disangkal juga kalau stereo type nya adalah generasi Y memang mempunyai kelemahan yg bisa digambarkan kurang lebih seperti itu. Bahkan gw sendiri pun masih struggling to be a better person as a part of Y generation. Karena gw sadar, masa depan dunia ini itu ditopang oleh generasi kita ini.
Gaya hidup generasi Y yang melenceng ini memang fenomenal. Ga ada rumus pasti yg bisa menjabarkan permasalahan ini. Ga jarang kita menemukan generasi Y menyalahkan generasi X karena pola asuh yg mereka terapkan, dan genrasi X menyalahkan generasi Y yg bisanya take things for granted. Pertanyaannya adalah, mau sampai kapan kita saling menyalahkan generasi satu sama lain?
Gw cuma berharap bagi kalian generasi Y yg masih punya akal sehat dan hati nurani, please be mature. Masa depan dunia ada di tangan kita. Well, at least kalau kalian can't be bothered sama yg namanya masa depan dunia, do care sama masa depan kalian sendiri. Be a better individual. Setia sama perkara-perkara kecil buat mampu menghadapi perkara-perkara yg lebih besar. Cheers!